Sama Dungu, Celurut dan Koruptor



Barusan pagi rekanan S. Aji menaja artikel "Menteri Korupsi Jaman Wabah, Bagaimana Nasib Jelata?" di K ini. Itu satu kemarahan yang liris pada minus-empati dua koruptor kelas menteri pada penderitaan jelata yang hanya dipandang suaranya waktu Pemilihan kepala daerah. (Sukurlah artikel itu telah naik ke AU).


Sebab saya ketahui Aji terus menulis dengan hati beralas berpikir, karena itu harus hukumnya untuk saya membaca dan mengomentarinya. Tanggapan saya ini. Satu saat kelak dalam KBBI bakal ada lema semacam ini: negara. perusahaan nenek loe. Saya setengah percaya rekanan Daeng Khrisna Pabichara akan memberikan dukungan penemuan baru makna kata itu. Terkecuali ia memberikan dukungan korupsi dan koruptor.


Berbicara koruptor orang ambil tikus selaku lambangnya. Pasti dengan landasan anggapan tikus itu maling makanan manusia. Tidak dengan landasan anggapan tikus itu aktor inses bajingan sama babi dan betinanya dapat melahirkan beberapa ribu ekor anak. Meskipun kemungkinan ada koruptor semacam itu, tetapi bukan perilaku itu yang ditunjuk. Tetapi perilaku nyolongnya.


Sesungguhnya perujukan itu tidak begitu cocok sebab dua fakta. Pertama, tikus tidak dapat berkebun atau membuat pabrik kue, hingga ia mau tak mau mengambil padi petani atau kue di warung. Ke-2 , tikus cuman ambil beberapa volume perutnya Tak pernah mengambil makanan terlalu berlebih sampai harus simpan di bank pangan, koper, atau ember.


Tetapi biarlah, bila ngotot gunakan tikus selaku lambang koruptor, ya, semongko. Walaupun saya cukup berkeberatan karena lebih pas koruptor jadi lambang tikus. Tetapi, bila dibikin demikian, kemungkinan tikusnya akan protes atas pasal penistaan nama baik. Hadeuh, lieur, euy.


permainan slot 3d yang memanjakan mata Koruptor dan tikus silakan saja berdiskusi mengenai siapakah yang patut jadi lambang siapa. Tetapi ke-2 faksi harus sadar ada satu kecocokan utama antara mereka yakni sama dungu.


Lha, kok dapat dama dungu. Kan volume otaknya beda. Betul, tetapi ini masalah volume otak terpakai. Jika volume otak yang digunakan koruptor untuk korupsi sama besar dengan volume otak tikus, ya, bisa sama dungu.


Poltak telah membuat pembuktian simpel. Di pekarangan tempat tinggalnya di Gang Sapi Jakarta, ia bentrok dengan beberapa tikus celurut. Tikus-tikus itu rajin menggerogoti tanamannya, seumpama singkong sayur, sereh, kunyit, jahe, dan laos. Poltak memutus menjerat beberapa celurut itu dengan jebakan tikus berumpan kepala ikan goreng.


Hasilnya benar-benar mengagumkan. Dalam tiga bulan akhir, telah enam ekor celurut ketangkap tangan. Poltak lalu menjemur tikus-tikus celurut itu di bawah sinaran matahari. Arah intinya untuk memberikan pelajaran, seperti dahulu gurunya di SD menjemurnya di bawah matahari jika nakal. Jika selanjutnya tikus celurut itu mati kepanasan, itu dampak sampinglah.


Satu perihal yang membuat Poltak kagum, rupanya beberapa celurut itu tidak pernah belajar jika jebakan dapat menjerat mereka. Poltak berteori jika tikus itu sudah memikir jika faedah umpan kepala ikan semakin besar daripada resiko terjerat jebakan. Jika kenyataannya selanjutnya beberapa celurut itu masuk jebakan, itu menunjukkan otak mereka seutuhnya dungu. Tetapi mereka berpikir otak mereka pandai.


Simpulan hipotetis mengenai kedunguan celurut itu selanjutnya dikenai Poltak pada koruptor. Hasilnya mengagetkan. Beberapa koruptor rupanya tidak pernah belajar jika KPK dapat tangkap mereka. Mereka berpikir faedah uang hasil kerupsi jauh semakin besar daripada resiko ketangkap tangan oleh KPK. Jika kenyataannya selanjutnya mereka ketangkap oleh KPK, tidak lain berarti sama dengan celurut, otak koruptor itu dungu juga. Tetapi mereka terus memikir dianya pandai.


Saya ketahui jika simpulan tikus dan koruptor sama dungunya akan mengundang pembicaraan. Tetapi pikirkanlah resiko rasional ini: menampik simpulan itu bermakna bersimpati pada koruptor, menerimanya bermakna mengejek kemanusiaan.(*)

Mga sikat na post sa blog na ito

Financiers worldwide have actually been actually attempting to change their portfolios

hese nanometre-sized balls made from silica or even hafnium dioxide

Lapas Cibinong Bogor Kembali Buka Kunjungan Secara Tatap Muka